Selasa, 02 November 2010

Agama sebagai Sumber Kekerasan

Agama sebagai Sumber Kekerasan
Oleh M. Aliyulloh Hadi

Dalam sejarah perkembangan agama-agama di dunia, kita dapat melihat bagaimana hampir semua agama memiliki tujuan ekspansionis dengan cara menyebarluaskan doktrin dan merekrut sebanyak-banyaknya pengikut. Ini dapat kita lihat bagaimana pembawa risalah (Nabi) dalam agama tertentu selalu menyeru pada ummatnya untuk mengikuti ajarannya. Dan hal ini juga diteruskan oleh para pengikut dan pemeluk agama yang di bawa oleh para Nabi tersebut. Menyebarluaskan ajaran agama merupakan kewajiban bagi hampir semua agama, baik "agama langit" maupun "agama bumi". Tidaklah jerang, "kompetisi" tersebut menyebabkan terjadinya beberapa tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi dalam sejarah agama-agama di dunia.

Tragedi-tragedi tersebut misalnya dapat kita saksikan dalam sejarah munculnya agama yang dibawa oleh Musa, Isa dan Muhammad, tiga agama Ibrani dan serumpun. Ketika Isa membawa agama nasrani, pengikit nabi musa (bani israil) menolak ajaran tersebut hingga berakhir dengan pembantaian terhadap para murid dan pengikut agama nasrani. Demikian pula ketika nasrani menjadi agama besar dunia karena menjadi agama resmi kekaisaran romawi di era Konstantine, pengikut agama nasrani juga menolak kehadiran agama islam yang dibawa oleh Muhammad. Sentimen inilah yang telah mengobarkan perang salib yang terjadi selama ratusan tahun di abad pertengahan silam.

Pertikaian yang terjadi antar agama-agama serumpun tersebut hingga kini sepertinya tidak pernah berakhir. Kompetisi untuk menjadi mayoritas dan dominan masih saja terjadi di beberapa belahan dunia. Meski persaingan tersebut tidak lagi dimobilisir oleh negara (penguasa) secara formal, sebagaimana yang terjadi pada era perang salib, bara tersebut tetap saja masih berkobar-kobar di dalam hati sebagaian pengikut agama-agama tersebut.

Ini bisa kita saksikan bersama, bagaimana kaum muslimin di palestina sampai hari ini masih di jajah oleh bangsa israel (meski konflik ysng terjadi oleh sebagian kalangan dianggap sebagai konflik perebutan tanah, namun beberapa kalangan lain meyakini konflik tersebut adalah konflik agama), bagaimana Muslimin di Mindanau, filipina, terus melakukan gerakan resistensi menuntut kemerdekaan dari wilayah filipina yang nasrani, bahkan, di depan hidung kita, beberapa minggu yang lalu juga terjadi insiden kekerasan antara ummat Islam dengan jama'ah HKBP di Ciketing, Bekasi. Dan masih banyak lagi konflik berdarah di belahan bumi ini karena sentimen agama semacam itu, baik yang terjadi di Asia Tengah, Afrika dan beberapa daerah di Balkan.

Perseteruan abadi antar pemeluk agama merupakan fakta sejarah yang terjadi secara berulang dan terus menerus sepanjang sejarah agama-agama di dunia. Hal tersebut tentu sudah tidak dapat kita pungkiri. Meski ada banyak pengikut agama tertentu yang mencintai kedamaian dan kasih sayang, namun, faktanya, masih banyak dari mereka yang masih memiliki sentimen keagamaan yang kuat sehingga sikap tersebut sangatlah rentan dan dengan mudah dapat tersulut.

Menurut pendapat saya, salah satu ajaran dasar semua agama, yakni ajaran untuk meyebarluaskan ajaran dan merekrut sebanyak mungkin pengikutnya, merupakan watak dasar sebuah agama, yang ketika tidak dimaknai secara bijak, dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan antar pemeluk agama. Ajaran tersebut bisa kita lihat dalam konsep amar ma'ruf nahi munkar dalam Islam, dan tentang misi penyelamtan terhadap domba-domba yang tersesat. dalam agama Nasrani.

Disamping itu, sentimen dan kecurigaan pemeluk agama tertentu terhadap pemeluk agama lain, juga memiliki kontribusi yang tidak sedikit dalam mengobarkan api permusuhan antar pemeluk agama. Dalam beberapa kesempatan, kita beberapa kali menyaksikan sentimen agama yang terjadi di dalam dunia maya, misalnya. Sentimen tersebut awalnya terjadi ketika antar pemeluk agama yang berbeda terlibat dalam perang saraf, berdebat tentang doktrin masing-masing, bahkan hingga mengejek dan menghina ajaran pemeluk agama lain secara terbuka.

Selain itu, pemahaman terhadap teks agama yang yang tidak berimbang juga turut andil dalam menciptakan kecurigaan dan sentimen agama dalam masyarakat. Kita bisa saksikan bagaimana beberapa kelompok dalam agama tertentu hanya mengambil beberapa ajaran tentang "ketegasan" sebuah agama, tanpa mendialogkan secara kritis dengan beberapa ajaran yang "lunak".

Inilah beberapa hal kiranya yang menyebabkan ketegangan-ketegangan antar pemeluk agama selalu saja terjadi. Sebagai manusia, kita tentu berharap dapat hidup secara rukun dan damai, apapun agama kita dan dari suku manapun kita berasal. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendapatkan solusi tertentu dalam menyelesaikan ketegangan-ketengan saraf diantara para pemeluk agama, karena hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan secara sederhana, tanpa penelitian lebih lanjut. Namun kita tentu berharap, fakta-fakta di atas, paling tidak, akan dapat menjadi renungan bersama, bagaimana mungkin agama itu menjadi penyebab kekerasan dan perang yang terus saja terjadi dalam sejarah ummat manusia? Wallohu'alam...

1 komentar: