Bangkit dan Runtuhnya Peradaban Manusia
Oleh: M. Aliyulloh Hadi
Kalau kita membaca sejarah peradaban manusia, kita akan mengetahui bagaimana peradaban manusia itu pernah tumbuh dan berkembang baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Pada zaman kuno, kemajuan peradaban manusia pernah tumbuh di Asia Tengah (Mesopotamia), Afrika (Mesir kuno), dan Eropa (Yunani).
Di awal tahun masehi, dua perdaban besar dunia yakni, kekaisaran Romawi dan Persia menjadi kiblat peradaban dunia. Kedua imperium besar tersebut terlibat persaingan yang mengakibatkan terjadinya perang ratusan tahun lamanya. Peperangan antara peradaban yang masing-masing mewakili Asia dan Eropa tersebut akhirnya berhenti setelah Islam muncul menjadi kekuatan politik yang mampu menghancurkan Kekaisaran Persia dan mengusir Romawi dari Asia dan Afrika.
Sejak saat itulah peradaban Islam mulai tumbuh dan berkembang menjadi peradaban yang sangat modern dibandingkan dengan peradaban lain yang ada pada saat itu. Marshal Hudson menilai bahwa peradaban Islam saat itu terlalu modern bagi masyarakat arab yang selama ratusan tahun hidup dalam kehidupan yang penuh dengan fanatisme kesukuan. Meski begitu, peradaban Islam bertahan kurang lebih seribu tahun lamanya, yakni antara abad ke 6 hingga abad 17 M. Peradaban Islam tersebut telah menjadi inspirasi bagi kebangkitan peradaban Eropa terutama terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di abad modern, Eropa tampil menjadi peradaban baru yang cemerlang khususnya dalam bidang perkembangan pengetahuan dan teknologi. Kemajuan peradaban Eropa sudah berjalan kira-kira dua ratus tahun hingga hari ini. Peradaban modern inilah yang akan dibicarakan dalam tulisan pendek ini.
Peradaban modern Eropa hingga hari menjadi peradaban superior terutama dalam hal ilmu pengetahun dan teknologi. Di era kolonial, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membuat Eropa melakukan kolonialisasi di Asia dan Afrika. Kecanggihan teknologi terutama di bidang persenjataan militer membuat Eropa mampu menjajah hampir seluruh kawasan Asia dan Afrika. Bekas negara jajahan tersebut kemudian disebut dengan dunia ketiga. Indonesia, dalam hal ini termasuk negara yang pernah dijajah oleh bangsa bangsa Eropa (Portugis dan Belanda) selama kurang lebih 350 tahun lamanya.
Penjajahan juga masih saja terjadi hingga detik ini, meskipun tidak lagi berbentuk fisik seperti yang terjadi pada masa kolonial. Di era modern (post-kolonial), penjajahan tidal lagi terjadi secara fisik, namun terjadi dalam ranah ekonomi, politik dan kebudayaan. Bentuk penjajahan tersebut berupa dominasi negara superpower khususnya dalam bidang ekonomi, budaya dan dan geo-politik internasional. Kita bisa saksikan bagaimana negara-negara maju menguasai jalur-jalur ekonomi dunia. Tidak sedikit dari negara berkembang yang hingga hari ini menjadi objek eksploitasi negara-negara maju. Indonesia misalnya, beberapa sumber ekonomi vital nasional semacam Freeport, Blok Natuna dan Blok Cepu, dikuasai oleh negara maju tersebut.
Kita juga bisa saksikan bagaimana arogansi politik Eropa dan Amerika terhadap negara-negara dunia ketiga hingga detik ini terus terjadi. Agresi militer terhadap Irak, Afganistan serta tekanan politik terhadap Korea Utara dan Iran misalnya, menjadi bukti kongkrit betapa peradaban Eropa menjadi kekuatan tiran di zaman modern.
Di samping itu, penguasaan Eropa dan Amerika terhadap media membuat mereka menjadi agen kebudayaan yang ekspansif dan massif. Melalui media televisi dan internet, kebudayaan Eropa dan Amerika mengalir deras ke dunia Asia dan Afrika, baik itu kebudayaan yang sifatnya positif maupun negatif. Kebudayaan yang positif dalam hal ini, misalnya berupa tradisi berfikir secara rasional dan empirik serta semangat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, kebudayaan yang negatif dari peradaban barat juga telah merasuk ke relung-relung peradaban bangsa Asia-Afrika. Budaya konsumerisme, materialisme, pergaulan bebas, free sex, trans-sex, bi-sex dan kebudayaan urban sesat lainnya, merupakan salah satu produk dari liberalisme kebudayaan tersebut.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa peradaban Eropa da Amerika saat ini merupakan perdaban yang tidak memiliki fondasi yang kokoh. Ini karena, peradaban tersebut lahir dari semangat humanisme tanpa disertai dengan spirit ketuhanan. Eropa dan Amerika merupakan peradaban yang canggih dalam hal humaniora, ilmu pengetahuan dan teknologi, namun kering dalam hal moralitas dan spiritualitas. Sedehananya, peradaban Eropa dan Amerika adalah peradaban yang pincang, karena hanya memilki kemajuan peradaban di bidang materi namun mengalami kejumudan dalam aspek kemanusiaan dan ketuhanan.
Penyebab kepincangan peradaban tersebut dapat kita lacak dari bagaimana peradaban itu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Peradaban Eropa ditandai dengan terjadinya sekularisme. Istilah ini berbeda dengan konsep sekularisasi. Sekularisme adalah faham yang memisahkan secara total persoalan dunia (negara) dan persoalan agama.
Sejarah Eropa pada abad pertengahan memiliki sejarah yang kelam dalam hal hubungan agama (Kristen) dan ilmu pengetahuan. Dominasi Gereja di Eropa pada abad pertengahan membuat banyak sekali ilmuwan dan filosof Eropa yang dihukum mati karena dianggap memiliki pemahaman dan pemikiran yang berbeda dengan geraja.
Contoh yang paling telanjang adalah fenomena Copernicus dan Galileo Galilei, kedua ilmuwan ini dihukum mati oleh institusi Gereja, karena keduanya berhasil merampungkan penemuan ilmiahnya. Copernicus dengan berbagai penelitian ilmiahnya menemukan bahwa bumi itu berbentuk bulat, hal ini menyentak perhatian institusi gereja. Selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun, pihak gereja selama ini meyakini bumi memiliki bentuk yang tidak bulat atau lebih tepatnya berbentuk datar. Galileo pun mengalami nasib yang sama karena teorinya yang mengatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, sedangkan institusi gereja meyakini bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. Dua hal yang secara diametral bertentangan dan tidak akan bisa dipertemukan.
Kemenangan ilmu pengetahuan terhadap agama di eropa pada akhirnya membuat bangsa eropa memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan gereja. Inilah yang membuat beberapa pemikir besar eropa semacam Friedrich Nietzsche, Karl Marx dan Sigmund Freud menganggap Tuhan telah mati, agama sebagai candu dan ilusi masyarakat. Kekecewaan terhadap agama membuat eropa mengesampingkan agama dan menjadikan manusia (humanisme) sebagai landasan peradabannya.
Humanisme eropa melahirkan Individualisme yang melahirkan Liberalisme dalam segala aspek, baik sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan. Mendewakan kemampuan manusia, yakni humanisme absolut, merupakan pondasi peradaban Eropa. Inilah yang membuat kemajuan-kemajuan yang dicapai peradaban ropa bersifat fisik-material an-sich.
Karena peradaban barat yakni, peradaban bangsa Eropa dan Amerika, tidak memiliki pondasi peradaban yang kokoh, maka dapat di pastikan peradaban tersebut tidak akan bertahan lama, kecuali peradaban tersebut segera menyadari kelemahannya dan segera melakukan perbaikan secara sistemik dalam segala hal. Liberallisme dalam segala aspek kehidupan terbukti telah membawa bencana bagi kehidupan ummat manusia.
Liberalisme ekonomi telah menyebabkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang teramat dalam. Kekayaan dan kesejahteraan menjadi monopoli beberapa gelintir orang. Kapitalisme global telah menjadi lintah yang menghisab kekayaan negara-negara dunia ketiga sehingga menciptakan ketidakadilan sosial dan ekonomi. Liberalisme kebudayaan membuat kebudayaan manusia terdampar dalam kebudayaan absurd dan menyimping. Demikian juga liberalisme politik telah menyebabkan terjadinya hukum rimba politik internasional dimana bangsa yang kuat dan memiliki modal menjadi penguasa dan menindas bangsa yang lemah.
Itulah kiranya deskripsi tentang bagaimana peradaban barat itu sebenarnya. Sebagai seorang muslim, tentu kita harus dengan cerdas dapat mengambil sisi positif dan membuang jauh-jauh sisi negatif dari peradaban barat. Kita, misalnya, dapat belajar banyak dari perdaban barat terkait dengan penghargaan terhadap hak asasi manusia, demokrasi serta semangat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara di Eropa dan Amerika merupakan negara yang sangat menghargai hak-hak masyarakatnya. Kebanyakan dari mereka hidup makmur dan sejahtera. masyarakat barat merupakan masyarakat yang sadar dan patuh terhadap hukum yang berlaku.
Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tentu harus tegas dengan ekspansi liberalisme barat dalam segala aspek kehidupan. Saya berpendapat, bahwa liberalisme yang harus dihadang secara totaliter dalam hal ini adalah liberalisme kebudayaan dan ekonomi. Karena kedua faham tersebut telah menyebabkan runtuhnya moral dan ketidakadilan sosial ekonomi di masyarakat. Pengaruh kedua faham tersebut sungguh sangat terlihat. Dekadensi moral dan kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi di indonesia, misalnya, merupakan dampak langsung dari kurang tegasnya negara dalam memproteksi masyarakat dari terpaan globalisasi.
Kita tunggu perdaban mana yang akan menggantikan liberalisme Eropa dan Amerika. Apakah itu Islam, Sosialisme atau peradaban lainnya? Kita tidak tahu. Yang pasti Peradaban manusia itu tumbuh, berkembang dan runtuh, dan hal itu juga akan segera menimpa peradaban yang hari ini berkuasa. Wallohu'alam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar